Sabtu, 01 Maret 2014

My Valentine

My Valentine

Hari ini kenapa semuanya terasa berat, dari bangun pagi sampai sekarang jam istirahat ke dua semua terasa sangat berat, dan entah kenapa juga tubuhku terasa sangat lemas dan lemah apa mungkin karena aku lupa makan pagi? Tapi bukankah itu sudah biasa, untuk anak SMA yang di kejar deadline nilai bagus apalagi kalau sudah di akhir semester seperti ini lupa atau tidak sempat makan pagi terasa sudah biasa.
Dengan gontai aku berjalan menuju ruangan yang penuh dengan loker, berusaha menahan beban tubuhku yang sekarang berkurang sangat banyak berkurang setengah dari sebelumnya. Namun entah kenapa tubuhku yang seharusnya terasa ringan sekarang malah berjalan gontai, terseok-seok seperti orang yang terkena dehidrasi akut. Aku dehidrasi akan sesuatu yang ada di dalam lokerku, baru aku ingat kalau hari ini aku tidak membuka lokerku sama sekali karena semua yang aku perlukan sudah ada di tasku tadi pagi, jadi tidak ada alasan untukku ke loker kalau hanya untuk mengambil buku-buku tebal yang membosankan itu atau hal-hal yang kurang penting seterusnya.
Dan di sinilah aku di depan lokerku yang sangat kental dengan sentuhanku, bukan hanya ornamen di dalam lokernya tapi juga beberapa hiasan seperti stiker atau gantungan yang lainnya di bagian luar. Sebuah stiker dengan namaku yang biasa teman-temanku panggil terpampang dengan warna yang di dominasi ungu, tidak heran kenapa aku di sebut lady purple karena aku memang penggila ungu terlebih kalau itu ungu tua atau warna violet apalagi ungu indigo aku malah makin suka, makin tua dan pekat warnanya aku makin suka akan keunikannya. Bahkan ada seorang teman laki-laki yang mengatakan ini.
‘Kenapa suka warna ungu itukan warna janda, apa kamu beliebers? Dan kenapa juga ungunya ungu tua, kalau aku jadi kamu aku bakalan suka ungu yang muda dan berwarna cerah dan lembut’ lalu aku menjawabnya secara diplomatis seperti gayaku biasanya.
‘Aku suka ungu bukan berarti aku fansnya Justin ya, aku suka ungu karena aku suka, ungu itu seperti penjabaran jati diriku manis dan lucu, humble dan humoris, namun elegan dan kasual dan juga misterius. Aku tidak setuju kalau ungu warna janda, karena banyak janda yang gak suka ungu contohnya mamaku lebih suka warna biru dunker dan juga aku bukan kamu jadi aku lebih suka warna ungu tua tapi bukan berarti aku tidak suka ungu muda, selagi itu masih dalam wilayah ungu maka aku akan suka’ dan itu adalah kalimat terpanjang dan terbijak dariku tentang ungu untukya, aneh memang tapi itulah kenyataannya.
Kumasukan kunci loker yang lagi-lagi dengan gantungan hello kitty berwarna ungu dan memutarnya hingga berbunyi ‘klik’ tanda loker terbuka. Sebentar lagikan hari Valentine tapi aku tidak perduli. Ada tradisi di sekolahku yang tidak pernah ku temukan di buku peraturan sekolah tentang hari valentine, jadi seminggu penuh sampai hari Valentine seluruh murid di sekolah ku ini tidak akan mengunci loker mereka dan membiarkan lokernya tertutup tanpa di kunci. Katanya sih agar orang yang mengagumi sang pemilik loker bisa memasukkan surat ataupun coklat dan benda, makan apapun yang lazim di hari Valentine bisa memasukkannya dengan leluasa. Tapi sudah dua tahun aku bersekolah di sekolah ini dan aku sudah bertemu dengan dua kali Valentine di sekolah ini hingga sekarang aku sudah kelas dua belas dan aku melakukan apa yang mereka lakukan -membiarkan loker tanpa di kunci- tapi tetap tidak ada coklat atau apapun itu di dalam lokerku, dan itu membuatku patah hati. Atau mungkin itu karena dulu aku hanya cewek yang gendut dan jelek di tambah dekil, haa.. mana ada yang mau sama aku entah karena aku gemuk atau aku kurus.
Sekarang ini tanggal 14 itu berarti ini hari terakhir, aghh kenapa aku jadi berharap begini sih? Bukankah aku sudah biasa seperti ini, tidak ada yang tertarik bahkan melihatpun enggan.
Ku buka pintu lokerku dan hal pertama yang aku lihat adalah cermin kecil yang sengaja aku tempel di pintu loker bagian dalam buat ngaca dan juga beberapa foto diriku dan teman-temanku serta beberapa stiker dan hiasan lain yang lagi-lagi di dominasi warna ungu. Kemudian aku menoleh ke dalam loker dan mengaduk-aduk dalamnya, dan see tidak ada apapun selain buku-buku dan alat-alat lain untuk sekolah dan juga sepatu dan baju olah raga yang selalu standby untuk di pakai. Dan satu-satunya hal yang ku dapat dari mengaduk-aduk isi lokerku adalah lokerku jadi berantakkan, jujur saja  aku adalah pemenang juara satu untuk loker paling bersih dan cantik di sekolah, tapi kalau melihat bentuk lokerku kali ini aku jadi heran kenapa aku menang.
Terpaksa aku harus membersihkannya, biarlah waktu istirahat ke dua ini ku gunakan untuk membersihkan loker, toh loker tidak sebesar kelas ataupun sekolah hanya sebuah tempat besi berbentuk balok bercatkan ungu –itu warna asli dari lokerku, aku tidak mengecetnya semua loker di cat warna-warni dan aku dapat warna ungu, itu sebuah keberuntungan kan- ku keluarkan satu persatu isi dalam lokerku dan aku melihat sebuah buku, itu bukuku yang sudah ada di dalam loker sejak kelas sepuluh dan aku jarang menggunakannya jadi buku itu hanya di taruh di pojokan atau tertindih buku-buku yang lain dan lain sebagainya. Ku angkat buku itu bermaksud menaruhnya ke atas tempat loker agar aku bisa merapikan isi loker, tapi betapa terkejutnya aku saat aku melihat sepucuk surat jatuh dari dalam buku itu. kalau dari sampulnya aku pastikan ini bukan surat baru, tapi benarkah ini sudah lama.Ku buka surat itu dan perlahan ku baca isinya.

For Febryanti Valentine

Ekhm.. Hai Feb. Aku tau kalau aku pengecut, hanya bisa mengatakannya ini di dalam secarik kertas dengan gorensan tintah. Jiahh bahasanya.
Aku terkekeh saat membacanya.
Aku.. bagaimana aku mengungkapkannya, aku.. jantungku selalu berdetak kencang saat berada di dekatmu, bahkan hanya karena mengingatmu aku bisa bersemua merah sendiri dan jantungku memompa tidak karuan, lebay ya? Tapi itu memang kenyataannya Feby, saat pertama kali melihatmu yang aku pikirkan hanyalah kau gadis gemuk dengan segala talent dan juga menyebalkan. Kau lucu dan juga bisa sangat sangar dan berani dalam satu waktu, kapan ya? Aku juga tidak tau kapan aku mulai suka sama kamu, tapi aku rasa sejak awal pertemuan kita waktu mos dulu.
Aku selalu suka melihatmu bernyanyi dengan di iringi alunan suara gitar yang di petik Sigit saat itu, tapi jujur aku sedikit envy saat melihat kau akrab sekali dengan Sigit saat itu, dan aku juga kesal saat melihatmu tertawa dan tersenyum bersama Sigit waktu itu. membuatku berharap aku bisa mengiringi suara merdumu dengan alunan nada yang keluar dari petikan gitarku, dan alhasil sekarang aku sedang belajar cara bermain gitar.
Dan Saat melihatmu menangis waktu kamu di bully hampir seisi kelasmu waktu itu membuatku ingin mematahkan tulang leher setiap orang yang membicarakan keburukanmu ataupun mengatakanmu yang tidak-tidak, dan sekarang aku sadar kalau aku tidak hanya sekedar  mengagumimu atau menyukaimu tapi aku benar-benar jatuh cinta denganmu, entah kamu gemuk ataupun kurus nantinya ataupun semakin gemuk aja entarnya aku tetap aku mencintaimu. aku memang sangat menyebalkan ya, beberapa hari yang lalu aku membuatmu menangis dan beberapa jam yang lalu aku juga membuatmu kesal dan marah denganmu.
Aku mengernyit orang ini siapa dan kapan?
Semoga kau bisa menemukan surat ini, loh kenapa aku baru mengatakannya sekarang kalau kamu baca berarti sudah menemukannya dong?
Aku akan menunggumu di taman sekolah hari ini tanggal 14 Februari, aku akan tetap menunggumu meskipun itu berarti itu 14 Februari seterusnya bahkan sampai kita lulus pun aku akan menunggumu di taman setiap tanggal 14 Februari.

Zaki Rivaldi Pradipta
14-02-2012
Mataku membulat total saat melihat nama orang itu, nama orang yang paling menyebalkan bagiku di muka bumi ini, Valdi? Sekali lagi VALDI! Dan sekali lagi aku membolak-balik kertas yang ku pegang menguncang-guncangnya mencari kalau-kalau ada kalmat yang berbunyi ‘kena deh’ tapi hasilnya nihil semuanya tetap sama dan mataku tercengang saat melihat tangga itu 14-02-2012 berarti waktu itu aku lagi gemuk-gemuknya dong.
Pantas aku sering melihat Valdi uring-uringan di taman belakang sekolah setiap tanggal 14 Feb, dan wajahnya selalu merekah seperti bunga pukul empat yang mereka saat pukul empat saat melihatku melintasi taman belakang sekolah, jadi ini alasanya dia selalu me.. apa yah namanya. Tapi kenapa ini, kenapa ini kenapa aku bahagia kalau dia suka denganku bahkan sebelum aku kurusan seperti ini, bahkan di saat aku yang lagi gemuk-gemuknya. Aduh kenapa aku jadi begini.
Dan aku merasa mataku akan jatuh saat aku melihat Valdi berjalan lurus menatapku tajam, menatap intens sampai-sampai aku bisa merasa panasnya laser matanya lewat tatapan tajamnya namun seketika wajah tampan dengan garis tegas namun unyu itu tertutup bergantikan wajah-wajah laki-laki yang ada di depanku, mungkin ada sekitar sepuluh orang lebih -kalau aku tidak salah hitung- bergerumul di depanku dengan tatapan yang sangat menjijikkan bagiku, di tangan mereka penuh dengan cokelat, bunga, boneka dan benda lainnya. Tapi mataku terlalu sibuk mencari sosok Valdi yang sudah hilang di telan angin dan batang hidung mancungnya itu tidak terlihat lagi.
“Feby.. ini untukmu” Sigit memberikanku sebuah boneka beruang berwarna crem denga pita merah di lehernya.
“Kak Feby aku suka kak Feby” kali ini dari adik kelas sepuluh dengan cokelat berbentuk hati.
“Kak Feby, kakak makin cantik aja. Kakak ini untuk kakak” adik kelas sebelas yang punya suara nih.
“Kak Feby” “Kak Feby” grrrr aku gusar seperti ini.
“DIAM! TIDAK BISAKAN KALIAN ANTRI?! BUDIDAYAKAN ANTRI! KALIAN TAU AKU LAGI SETRES DAN SAKIT KEPALA?!”
Seketika gerombolan pria yang menggerumbungiku bagaikan gula itu di antara semut hening tanpa suara, dan mereka dengan tergesa-gesa langsung memberikan semua barang mereka ke tanganku.
Disinilah aku berada di perjalanan ke sebuah tempat yang mungkin aka memberikanku sebuah kenangan indah sebelum lulus, tanganku menenteng plastik penuh dengan semua hal yang berbau valentine, tapi entah kenapa aku tidak merasa bahagia sama sekali. Dan OMG! Dia ada disini juga, Valdi sedang duduk di bangku taman dengan headset dan mp3 player di tangannya. Akupun berjinjit agar suara langkah kakiku tidak mengganggunya, dan ku letakkan dua kantong penuh itu ke samping bangku taman ini. Ku tatap wajah yang sekarang sedang tertidur lelap ini, sebenarnya Valdi adalah laki-laki yang sangat tampan dan garis wajahnya bisa dibilang tipikal cowok playboy tapi Valdi ini hampir tidak pernah terlibat kasus apapun yang berbau pacaran ataupun cinta-mencinta.
Hidungnya mancung dengan sedikit patahan di pangkal hidungnya, wajahnya kalau sedang bangun sangat menyebalkan tapi kalau sedang tidak seperti ini terlihat seperti bayi laki-laki tanpa dosa, damai sekali. Ku sentuhkan ujung telunjukku menelusuri tiap centi wajahnya, dari alisnya yang tebal, garis hidungnya yang tajam dan seterusnya aku tidak mau meneruskan tanganku untuk bergerak menyentuh bibirnya, karena itu akan berakibat fatal.
“Kenapa berhenti di situ?” aku terlonjak kaget saat mendengar suara khasnya.
“Oh ya tuhan, aku mau membuat aku mati kena serangan jantung” tiba-tiba wajahnya berubah sendu.
“Jangan seperti itu, kalau kamu mati nanti aku sama siapa?” ucapnya dengan wajah yang masih sama sendu dan menyebalkannya.
“Sama pohon aja sana” kataku judes
“Gak ah, kalau sama pohon. Aku maunya sama kamu”
“Ih.. gombal” sesegera mungkin aku harus pergi dari tempat ini, akupun berbalik pergi darinya tapi sebuah tangan mencekal tanganku.
“Kenapa pergi?”
“Karena aku mau pergi!” aku kesal, dia selalu seperti ini.
“Kau belum menjawab pertanyaanku”
“Pertanyaan apa?”
“Kenapa berhenti di hidungku, kenapa tidak di teruskan?”
“Apaan, tidak tadi itu aku Cuma iseng”
“Dasar gendut!”
“Aku gak gendut lagi, aku sudah kurus!” geramku.
“Dan kau akan gendut lagi saat memakan semua cokelat pemberian mereka itu” eh kenapa dia merengut seperti itu.
“Aku tidak akan memakan mereka semua, aku akan membagikan cokelat-cokelat itu keteman-temanku yang lain, atau aku bisa memberikannya untuk anak-anak jalanan yang aku temui nanti”
“Benarkah?”
“Iya”
“Kau boleh melanjutkan apa yang tadi kau lakukan kok, aku tidak keberatan” mataku membulat saat tangannya membawa telunjukku menyentuh bibirnya, halus dan lembut yang aku rasakan. Dan tiba-tiba saja pipiku terasa memanas. Dengan gugup aku menarik menjauhkan tanganku dari bibirnya.
“A-apa yang kau lakukan?” tanyaku gugup
“Feby, apa kau membaca suratnya?”
“Hmm” tiba-tiba saja suaraku tidak bisa keluar.
“Aku sudah menunggumu sejak itu dan dua kali valentine aku lalaui di tempat ini tanpa kamu. Aku benar-benar suka sama kamu, aku jatuh cinta sama kamu, bahkan sebelum kamu kurusan kayak gini. Febryanti Valentine will you be my girl?” entah setan apa yang membuatku menangis, tiba-tiba air mataku meleleh yang membuat wajahku semakin jelek saja. Tangannya menyapu air mataku dengan lembut, menunggu jawabanku. Entah kenapa hatiku meneriakkan kata ‘terima’ tapi kenapa, apa mungkin aku juga menyukainya?
“A-aku.. aku tidak tau” jawabku.
“Aku bisa menunggumu di valentine-velentine selanjutnya tapi jangan terlalu lama aku takut semakin hari umurku semakin pendek” aku terkekeh, masih bisa dia bercanda di saat seperti ini.
“Haha.. sepertinya aku tidak bisa” air muka Valdi berubah, sangat kecewa.
“Aku tidak bisa mengatakan tidak” dan saat itu juga wajahnya berubah dengan waktu sepersekian detik menjadi wajah yang sumringah dengan mata yang berbinar.
“Kau.. darimana kau mendapatkan jock seperti itu?”
“Darimu??” jawabku enteng.
“Baiklah sekarang aku yang harus memainkan peran, tadi kau menyentuh bibirku dengan tangan makan aku akan melakukan ini—“
“Tidak bisa begihmp” Valdi mengunci bibirku dengan bibirnya.
“VALDI!!!!!!” Valdi menyeringai.
“Kau ternyata memakan cokelatnya ya? Cokelat dari siapa? Biar aku yang menghajarnya” kata Valdi santai.
“Valdi! Itu sekarang tidak penting, dan tadi itu ciuman pertamaku yang aku jaga untuk suami masa depanku kelak!” Serbuku ganas
“Tenang saja Feby sayang, kau memberikannya pada orang yang tepat. Karena akulah suami masa depanmu kelak”
“Cih percaya diri sekali”
“Kalau kau tidak percaya kau bisa telpon ibumu, kau bisa sebutkan namaku dan tanyakan siapa aku untukmu nanti”
Akupun merogoh kantong sakuku mengambil handphoneku dan mendial nomer bundaku.
“Halo mam, mama ada hubungan apa sama Zaki Rivaldi Pradipta?”
“....”
“APA???” aku mematikan sambungan telpon setelah mendengar kenyataannya.
“Aku di jodohkan denganmu sayang, dan kita akan bertunangan sekitar.. beberapa jam lagi”
Mataku memebesar, tidak bisakah dunia memberikanku kenyataan yang lebih mengejutkanku lagi.
“Dan kita akan menikah setelah kita lulus dari sekolah” lanjut Valdi. Dan di situlah -aku rasa kalau di anime biasanya mulutnya bakal turun sampai kaki- aku menganga, bagus.
“Aku pergi dulu, my valentine” Valdi mengecup bibirku singkat setelah mengatakan good bye.
Pipiku memanas, tuhan terimakasih sudah mempertemukanku dengannya. Pada kenyataannya aku tidak membencinya tapi pada kenyataannya aku menyukai dan mencintainya, sama seperti dia menyukaiku selama ini, terimakasih tuhan.


-END-

13-02-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar