My Valentine
Hari ini kenapa semuanya terasa berat, dari bangun pagi
sampai sekarang jam istirahat ke dua semua terasa sangat berat, dan entah
kenapa juga tubuhku terasa sangat lemas dan lemah apa mungkin karena aku lupa
makan pagi? Tapi bukankah itu sudah biasa, untuk anak SMA yang di kejar
deadline nilai bagus apalagi kalau sudah di akhir semester seperti ini lupa
atau tidak sempat makan pagi terasa sudah biasa.
Dengan gontai aku berjalan menuju ruangan yang penuh dengan
loker, berusaha menahan beban tubuhku yang sekarang berkurang sangat banyak
berkurang setengah dari sebelumnya. Namun entah kenapa tubuhku yang seharusnya
terasa ringan sekarang malah berjalan gontai, terseok-seok seperti orang yang
terkena dehidrasi akut. Aku dehidrasi akan sesuatu yang ada di dalam lokerku,
baru aku ingat kalau hari ini aku tidak membuka lokerku sama sekali karena
semua yang aku perlukan sudah ada di tasku tadi pagi, jadi tidak ada alasan
untukku ke loker kalau hanya untuk mengambil buku-buku tebal yang membosankan itu
atau hal-hal yang kurang penting seterusnya.
Dan di sinilah aku di depan lokerku yang sangat kental
dengan sentuhanku, bukan hanya ornamen di dalam lokernya tapi juga beberapa
hiasan seperti stiker atau gantungan yang lainnya di bagian luar. Sebuah stiker
dengan namaku yang biasa teman-temanku panggil terpampang dengan warna yang di
dominasi ungu, tidak heran kenapa aku di sebut lady purple karena aku memang
penggila ungu terlebih kalau itu ungu tua atau warna violet apalagi ungu indigo
aku malah makin suka, makin tua dan pekat warnanya aku makin suka akan
keunikannya. Bahkan ada seorang teman laki-laki yang mengatakan ini.
‘Kenapa suka warna ungu itukan warna janda, apa kamu
beliebers? Dan kenapa juga ungunya ungu tua, kalau aku jadi kamu aku bakalan
suka ungu yang muda dan berwarna cerah dan lembut’ lalu aku menjawabnya secara
diplomatis seperti gayaku biasanya.
‘Aku suka ungu bukan berarti aku fansnya Justin ya, aku suka
ungu karena aku suka, ungu itu seperti penjabaran jati diriku manis dan lucu,
humble dan humoris, namun elegan dan kasual dan juga misterius. Aku tidak
setuju kalau ungu warna janda, karena banyak janda yang gak suka ungu contohnya
mamaku lebih suka warna biru dunker dan juga aku bukan kamu jadi aku lebih suka
warna ungu tua tapi bukan berarti aku tidak suka ungu muda, selagi itu masih
dalam wilayah ungu maka aku akan suka’ dan itu adalah kalimat terpanjang dan
terbijak dariku tentang ungu untukya, aneh memang tapi itulah kenyataannya.
Kumasukan kunci loker yang lagi-lagi dengan gantungan hello
kitty berwarna ungu dan memutarnya hingga berbunyi ‘klik’ tanda loker terbuka.
Sebentar lagikan hari Valentine tapi aku tidak perduli. Ada tradisi di
sekolahku yang tidak pernah ku temukan di buku peraturan sekolah tentang hari
valentine, jadi seminggu penuh sampai hari Valentine seluruh murid di sekolah
ku ini tidak akan mengunci loker mereka dan membiarkan lokernya tertutup tanpa
di kunci. Katanya sih agar orang yang mengagumi sang pemilik loker bisa
memasukkan surat ataupun coklat dan benda, makan apapun yang lazim di hari Valentine
bisa memasukkannya dengan leluasa. Tapi sudah dua tahun aku bersekolah di
sekolah ini dan aku sudah bertemu dengan dua kali Valentine di sekolah ini
hingga sekarang aku sudah kelas dua belas dan aku melakukan apa yang mereka
lakukan -membiarkan loker tanpa di kunci- tapi tetap tidak ada coklat atau
apapun itu di dalam lokerku, dan itu membuatku patah hati. Atau mungkin itu
karena dulu aku hanya cewek yang gendut dan jelek di tambah dekil, haa.. mana
ada yang mau sama aku entah karena aku gemuk atau aku kurus.
Sekarang ini tanggal 14 itu berarti ini hari terakhir, aghh
kenapa aku jadi berharap begini sih? Bukankah aku sudah biasa seperti ini,
tidak ada yang tertarik bahkan melihatpun enggan.
Ku buka pintu lokerku dan hal pertama yang aku lihat adalah
cermin kecil yang sengaja aku tempel di pintu loker bagian dalam buat ngaca dan
juga beberapa foto diriku dan teman-temanku serta beberapa stiker dan hiasan
lain yang lagi-lagi di dominasi warna ungu. Kemudian aku menoleh ke dalam loker
dan mengaduk-aduk dalamnya, dan see tidak ada apapun selain buku-buku dan
alat-alat lain untuk sekolah dan juga sepatu dan baju olah raga yang selalu
standby untuk di pakai. Dan satu-satunya hal yang ku dapat dari mengaduk-aduk
isi lokerku adalah lokerku jadi berantakkan, jujur saja aku adalah pemenang juara satu untuk loker
paling bersih dan cantik di sekolah, tapi kalau melihat bentuk lokerku kali ini
aku jadi heran kenapa aku menang.
Terpaksa aku harus membersihkannya, biarlah waktu istirahat ke
dua ini ku gunakan untuk membersihkan loker, toh loker tidak sebesar kelas
ataupun sekolah hanya sebuah tempat besi berbentuk balok bercatkan ungu –itu
warna asli dari lokerku, aku tidak mengecetnya semua loker di cat warna-warni
dan aku dapat warna ungu, itu sebuah keberuntungan kan- ku keluarkan satu
persatu isi dalam lokerku dan aku melihat sebuah buku, itu bukuku yang sudah
ada di dalam loker sejak kelas sepuluh dan aku jarang menggunakannya jadi buku
itu hanya di taruh di pojokan atau tertindih buku-buku yang lain dan lain
sebagainya. Ku angkat buku itu bermaksud menaruhnya ke atas tempat loker agar
aku bisa merapikan isi loker, tapi betapa terkejutnya aku saat aku melihat
sepucuk surat jatuh dari dalam buku itu. kalau dari sampulnya aku pastikan ini
bukan surat baru, tapi benarkah ini sudah lama.Ku buka surat itu dan perlahan
ku baca isinya.
For Febryanti Valentine
Ekhm.. Hai Feb. Aku
tau kalau aku pengecut, hanya bisa mengatakannya ini di dalam secarik kertas
dengan gorensan tintah. Jiahh bahasanya.
Aku terkekeh saat membacanya.
Aku.. bagaimana aku
mengungkapkannya, aku.. jantungku selalu berdetak kencang saat berada di
dekatmu, bahkan hanya karena mengingatmu aku bisa bersemua merah sendiri dan
jantungku memompa tidak karuan, lebay ya? Tapi itu memang kenyataannya Feby,
saat pertama kali melihatmu yang aku pikirkan hanyalah kau gadis gemuk dengan
segala talent dan juga menyebalkan. Kau lucu dan juga bisa sangat sangar dan
berani dalam satu waktu, kapan ya? Aku juga tidak tau kapan aku mulai suka sama
kamu, tapi aku rasa sejak awal pertemuan kita waktu mos dulu.
Aku selalu suka
melihatmu bernyanyi dengan di iringi alunan suara gitar yang di petik Sigit
saat itu, tapi jujur aku sedikit envy saat melihat kau akrab sekali dengan
Sigit saat itu, dan aku juga kesal saat melihatmu tertawa dan tersenyum bersama
Sigit waktu itu. membuatku berharap aku bisa mengiringi suara merdumu dengan
alunan nada yang keluar dari petikan gitarku, dan alhasil sekarang aku sedang
belajar cara bermain gitar.
Dan Saat melihatmu
menangis waktu kamu di bully hampir seisi kelasmu waktu itu membuatku ingin
mematahkan tulang leher setiap orang yang membicarakan keburukanmu ataupun
mengatakanmu yang tidak-tidak, dan sekarang aku sadar kalau aku tidak hanya
sekedar mengagumimu atau menyukaimu tapi
aku benar-benar jatuh cinta denganmu, entah kamu gemuk ataupun kurus nantinya
ataupun semakin gemuk aja entarnya aku tetap aku mencintaimu. aku memang sangat
menyebalkan ya, beberapa hari yang lalu aku membuatmu menangis dan beberapa jam
yang lalu aku juga membuatmu kesal dan marah denganmu.
Aku mengernyit orang ini siapa dan kapan?
Semoga kau bisa
menemukan surat ini, loh kenapa aku baru mengatakannya sekarang kalau kamu baca
berarti sudah menemukannya dong?
Aku akan menunggumu di
taman sekolah hari ini tanggal 14 Februari, aku akan tetap menunggumu meskipun
itu berarti itu 14 Februari seterusnya bahkan sampai kita lulus pun aku akan
menunggumu di taman setiap tanggal 14 Februari.
Zaki Rivaldi Pradipta
14-02-2012
Mataku membulat total saat melihat nama orang itu, nama
orang yang paling menyebalkan bagiku di muka bumi ini, Valdi? Sekali lagi
VALDI! Dan sekali lagi aku membolak-balik kertas yang ku pegang
menguncang-guncangnya mencari kalau-kalau ada kalmat yang berbunyi ‘kena deh’
tapi hasilnya nihil semuanya tetap sama dan mataku tercengang saat melihat
tangga itu 14-02-2012 berarti waktu itu aku lagi gemuk-gemuknya dong.
Pantas aku sering melihat Valdi uring-uringan di taman
belakang sekolah setiap tanggal 14 Feb, dan wajahnya selalu merekah seperti
bunga pukul empat yang mereka saat pukul empat saat melihatku melintasi taman
belakang sekolah, jadi ini alasanya dia selalu me.. apa yah namanya. Tapi
kenapa ini, kenapa ini kenapa aku bahagia kalau dia suka denganku bahkan
sebelum aku kurusan seperti ini, bahkan di saat aku yang lagi gemuk-gemuknya.
Aduh kenapa aku jadi begini.
Dan aku merasa mataku akan jatuh saat aku melihat Valdi
berjalan lurus menatapku tajam, menatap intens sampai-sampai aku bisa merasa
panasnya laser matanya lewat tatapan tajamnya namun seketika wajah tampan
dengan garis tegas namun unyu itu tertutup bergantikan wajah-wajah laki-laki
yang ada di depanku, mungkin ada sekitar sepuluh orang lebih -kalau aku tidak
salah hitung- bergerumul di depanku dengan tatapan yang sangat menjijikkan
bagiku, di tangan mereka penuh dengan cokelat, bunga, boneka dan benda lainnya.
Tapi mataku terlalu sibuk mencari sosok Valdi yang sudah hilang di telan angin
dan batang hidung mancungnya itu tidak terlihat lagi.
“Feby.. ini untukmu” Sigit memberikanku sebuah boneka
beruang berwarna crem denga pita merah di lehernya.
“Kak Feby aku suka kak Feby” kali ini dari adik kelas
sepuluh dengan cokelat berbentuk hati.
“Kak Feby, kakak makin cantik aja. Kakak ini untuk kakak”
adik kelas sebelas yang punya suara nih.
“Kak Feby” “Kak Feby” grrrr aku gusar seperti ini.
“DIAM! TIDAK BISAKAN KALIAN ANTRI?! BUDIDAYAKAN ANTRI!
KALIAN TAU AKU LAGI SETRES DAN SAKIT KEPALA?!”
Seketika gerombolan pria yang menggerumbungiku bagaikan gula
itu di antara semut hening tanpa suara, dan mereka dengan tergesa-gesa langsung
memberikan semua barang mereka ke tanganku.
Disinilah aku berada di perjalanan ke sebuah tempat yang
mungkin aka memberikanku sebuah kenangan indah sebelum lulus, tanganku
menenteng plastik penuh dengan semua hal yang berbau valentine, tapi entah
kenapa aku tidak merasa bahagia sama sekali. Dan OMG! Dia ada disini juga,
Valdi sedang duduk di bangku taman dengan headset dan mp3 player di tangannya.
Akupun berjinjit agar suara langkah kakiku tidak mengganggunya, dan ku letakkan
dua kantong penuh itu ke samping bangku taman ini. Ku tatap wajah yang sekarang
sedang tertidur lelap ini, sebenarnya Valdi adalah laki-laki yang sangat tampan
dan garis wajahnya bisa dibilang tipikal cowok playboy tapi Valdi ini hampir tidak
pernah terlibat kasus apapun yang berbau pacaran ataupun cinta-mencinta.
Hidungnya mancung dengan sedikit patahan di pangkal
hidungnya, wajahnya kalau sedang bangun sangat menyebalkan tapi kalau sedang
tidak seperti ini terlihat seperti bayi laki-laki tanpa dosa, damai sekali. Ku
sentuhkan ujung telunjukku menelusuri tiap centi wajahnya, dari alisnya yang
tebal, garis hidungnya yang tajam dan seterusnya aku tidak mau meneruskan
tanganku untuk bergerak menyentuh bibirnya, karena itu akan berakibat fatal.
“Kenapa berhenti di situ?” aku terlonjak kaget saat
mendengar suara khasnya.
“Oh ya tuhan, aku mau membuat aku mati kena serangan
jantung” tiba-tiba wajahnya berubah sendu.
“Jangan seperti itu, kalau kamu mati nanti aku sama siapa?”
ucapnya dengan wajah yang masih sama sendu dan menyebalkannya.
“Sama pohon aja sana” kataku judes
“Gak ah, kalau sama pohon. Aku maunya sama kamu”
“Ih.. gombal” sesegera mungkin aku harus pergi dari tempat
ini, akupun berbalik pergi darinya tapi sebuah tangan mencekal tanganku.
“Kenapa pergi?”
“Karena aku mau pergi!” aku kesal, dia selalu seperti ini.
“Kau belum menjawab pertanyaanku”
“Pertanyaan apa?”
“Kenapa berhenti di hidungku, kenapa tidak di teruskan?”
“Apaan, tidak tadi itu aku Cuma iseng”
“Dasar gendut!”
“Aku gak gendut lagi, aku sudah kurus!” geramku.
“Dan kau akan gendut lagi saat memakan semua cokelat
pemberian mereka itu” eh kenapa dia merengut seperti itu.
“Aku tidak akan memakan mereka semua, aku akan membagikan
cokelat-cokelat itu keteman-temanku yang lain, atau aku bisa memberikannya
untuk anak-anak jalanan yang aku temui nanti”
“Benarkah?”
“Iya”
“Kau boleh melanjutkan apa yang tadi kau lakukan kok, aku
tidak keberatan” mataku membulat saat tangannya membawa telunjukku menyentuh
bibirnya, halus dan lembut yang aku rasakan. Dan tiba-tiba saja pipiku terasa
memanas. Dengan gugup aku menarik menjauhkan tanganku dari bibirnya.
“A-apa yang kau lakukan?” tanyaku gugup
“Feby, apa kau membaca suratnya?”
“Hmm” tiba-tiba saja suaraku tidak bisa keluar.
“Aku sudah menunggumu sejak itu dan dua kali valentine aku
lalaui di tempat ini tanpa kamu. Aku benar-benar suka sama kamu, aku jatuh
cinta sama kamu, bahkan sebelum kamu kurusan kayak gini. Febryanti Valentine
will you be my girl?” entah setan apa yang membuatku menangis, tiba-tiba air
mataku meleleh yang membuat wajahku semakin jelek saja. Tangannya menyapu air
mataku dengan lembut, menunggu jawabanku. Entah kenapa hatiku meneriakkan kata
‘terima’ tapi kenapa, apa mungkin aku juga menyukainya?
“A-aku.. aku tidak tau” jawabku.
“Aku bisa menunggumu di valentine-velentine selanjutnya tapi
jangan terlalu lama aku takut semakin hari umurku semakin pendek” aku terkekeh,
masih bisa dia bercanda di saat seperti ini.
“Haha.. sepertinya aku tidak bisa” air muka Valdi berubah,
sangat kecewa.
“Aku tidak bisa mengatakan tidak” dan saat itu juga wajahnya
berubah dengan waktu sepersekian detik menjadi wajah yang sumringah dengan mata
yang berbinar.
“Kau.. darimana kau mendapatkan jock seperti itu?”
“Darimu??” jawabku enteng.
“Baiklah sekarang aku yang harus memainkan peran, tadi kau
menyentuh bibirku dengan tangan makan aku akan melakukan ini—“
“Tidak bisa begihmp” Valdi mengunci bibirku dengan bibirnya.
“VALDI!!!!!!” Valdi menyeringai.
“Kau ternyata memakan cokelatnya ya? Cokelat dari siapa? Biar
aku yang menghajarnya” kata Valdi santai.
“Valdi! Itu sekarang tidak penting, dan tadi itu ciuman
pertamaku yang aku jaga untuk suami masa depanku kelak!” Serbuku ganas
“Tenang saja Feby sayang, kau memberikannya pada orang yang
tepat. Karena akulah suami masa depanmu kelak”
“Cih percaya diri sekali”
“Kalau kau tidak percaya kau bisa telpon ibumu, kau bisa
sebutkan namaku dan tanyakan siapa aku untukmu nanti”
Akupun merogoh kantong sakuku mengambil handphoneku dan
mendial nomer bundaku.
“Halo mam, mama ada hubungan apa sama Zaki Rivaldi
Pradipta?”
“....”
“APA???” aku mematikan sambungan telpon setelah mendengar
kenyataannya.
“Aku di jodohkan denganmu sayang, dan kita akan bertunangan
sekitar.. beberapa jam lagi”
Mataku memebesar, tidak bisakah dunia memberikanku kenyataan
yang lebih mengejutkanku lagi.
“Dan kita akan menikah setelah kita lulus dari sekolah”
lanjut Valdi. Dan di situlah -aku rasa kalau di anime biasanya mulutnya bakal
turun sampai kaki- aku menganga, bagus.
“Aku pergi dulu, my valentine” Valdi mengecup bibirku
singkat setelah mengatakan good bye.
Pipiku memanas, tuhan terimakasih sudah mempertemukanku
dengannya. Pada kenyataannya aku tidak membencinya tapi pada kenyataannya aku
menyukai dan mencintainya, sama seperti dia menyukaiku selama ini, terimakasih
tuhan.
-END-
13-02-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar