Hai ho hai ho~
sebenarnya cerita yg ini sama cerita yg kemaren sudah aku post di akun wattpadku. bagi kalian yg mau baca ceritaku yg lain bisa cari dan follow wattpad aku ya di MilkyHoney
oh ya yg mau kenal aku secara maya bisa follow twitterku di HaniezaNur
oke cekidot!!!
You Are So Special To Me - Lee HI
~Special~
Aku terus menari dan menari, tidak perduli
kalau tubuhku sudah mulai protes, yang penting aku bisa melupakan semuanya.
Kejadian yang membuatku sangat teriris.
Nafasku mulai terengah, detak jantungku mulai
tidak beraturan, aku seperti, seperti orang yang sedang gila, lari maraton,
lebih lelah dari pada menunggu. Ini sakit.
Akhirnya aku tumbang, tubuhku rubuh
telentang di lantai ruangan latihan ini. Ruang latihan yang di desain dengan
wallpaper awan dan langit biru ini memang menjadi tempat langganan ku meluapkan
semua emosi yang terpendam.
"Sudah jangan menangis" Luhan
menenangkannya, dia menyentuh pipi gadis itu, menyeka air matanya. Hanya dengan
sekali lihat aku tau siapa gadis itu walau dari belakang, terlalu sering
memperhatikannya sehingga aku hafal sedetil-detilnya bagian tubuhnya yang
terlihat. Gadis itu lebih suka diam, dia begitu sederhana. Dan dia satu-satunya
trainee dari trainee lain yang ku latih yang tidak berteriak saat melihatku
atau mengeluh dan memuji dan lain sebagainya, dia hanya diam dan melakukan apa
saja yang aku perintahkan. Lama-kelamaan aku jadi tertarik penasaran dengan
dirinya yang sebenarnya. Dan tadi yang aku lihat, dia menangis di depan Luhan,
dan kenapa tidak denganku. Aku tentu saja panas, harusnya aku yang ada di
posisi Luhan, menyeka air matanya dan menenangkannya.
"Semua baik-baik saja, eumm kau
berhentilah menangis" Luhan mendekatkan wajahnya ke depan wajah gadis itu,
tersenyum manis Ada desir tidak suka di dalam hatiku, meski aku bertanya siapa
aku jadi harus marah. Ada keinginanku untuk masuk dan meninju Luhan saat itu
juga, namun ada sisi lain dari diriku yang menahanku untuk berbuat demikian.
"Maaf kan aku sudak menangis di
depanmu, pasti aku menyusahkanmu, sekali lagi mohon maaf" suaranya serak
khas orang yang baru menangis, ingin sekali aku masuk dan memeluknya.
"Tidak, sama sekali tidak" Luhan.
Aku hafal gerak gerik Luhan, termasuk tatapannya. Ada rasa suka yang terpancar
dari matanya, dia suka dengan gadisku.
Gerak-gerik gadis itu menunjukkan kalau dia
ingin pergi dari tempat itu, namun Luhan menahan lengannya dan memeluknya.
Tanganku mengepal ingin sekali aku meninju
Luhan dan menarik gadisku keluar dari pelukannya, namun sekali lagi apa hakku
untuk marah?
Aku berpaling dan pergi tak tahan dengan
adegan menyayat seperti itu, kalau aku melihatnya lebih lama lagi itu sama saja
dengan aku bunuh diri.
"Aaaaakkkhh" aku berteriak
frustasi, aku benar-benar benci pemandangan itu.
Krieek, bunyi pintu. Ada seseorang yang masuk.
"Jwiseonghamnida" dia hanya
menundukkan kepala, dengan jaket dancenya saja aku sudah kenal itu siapa, dia
gadis itu. Aku terkesiap dan bangkit dari posisiku yang terlentang menjadi
berdiri tegak, entah kenapa saat ada dirinya aku selalu salah tingkah.
Dia memakai headsetnya dan memutar lagu,
aku tidak tau itu lagu apa, tapi dia langsung menari. Dia tidak perduli ada
orang lain di hadapannya. Dia meliuk-liukkan badanya indah, dan gila hanya
melihatnya saja aku sudah merasa, rrrr bagaimana aku menjelaskannya.
Tiba-tiba saja terlintas dibenakku tentang
kejadian tadi siang, mulutku gatal ingin menanyakannya.
"Zet-ah.." dia tidak meresponku,
dia masih melakukan gerakkannya. Oh, salahku menyukai orang seperti ini, tapi
itulah keyataanya aku memang menyukainya.
"Kenapa tadi kamu nangis?" Dia
langsung berhenti, wow ada apa? Apa yang salah. Dia langsung memasukkan semua
barangnya, meski yang dia bawa hanya tas kecil yang berisi handuk kecil dan air
mineral. Apa aku salah bicara.
Dia tergesa-gesa pergi dari tempat ini.
"Zet-ah, ada apa? Kenapa kau.."
"Mian, aku harus pergi" katanya
memotong kalimatku, aku tidak terima ini, ini sangat tidak...
Tanpa fikir panjang aku menarik tangannya
menghentikan langkahnya. Dia terhenti namun tetap diam.
"Aku ingin sebuah penjelasan!"
"Apa perdulimu?!"
"Tentu saja aku perduli
karena..." kalimatku terhenti karena… haruskah aku jujur?
"Maaf, aku masih ada urusan"
katanya lalu berlenggang pergi.
"AKU HARUS TAU KARENA KAU ORANG YANG
SPECIAL UNTUKKU!" Teriakku yang sontak membuatnya terhenti. Dia terdiam,
hanya diam tidak merespon apapun. Detik itu juga aku sadar kalau aku ditolak.
"Kau orang yang sangat special
untukku, kau berbeda dari yang lain. Kau satu-satunya orang yang mampu
membuatku gila hanya karena melihatmu dekat dengan laki-laki lain meski aku tau
kau tidak ada hubungan apapun. Kau satu-satunya orang yang dapat membuat
jantungku lari maraton saat berada di dekatmu dan itu lebih parah daripada
debut stage pertamaku, kau orang yang sangat berharga, kau special" plong… aku merasa
semua bebanku sudah hilang, memang ini yang seharusnya aku katakan, jujur.
Aku berbalik tidak mau mendengarkan jawaban
yang aku sudah tau apa itu.
Tap tap.. ku dengar langkah kaki, iya dia
pasti pergi.
Grab.. aku merasa seseorang memelukku dari
belakang, aku terlejut. Ini bukan jawaban dan respon yang aku bayangkan.
"Kenapa kau tidak dari dulu
mengatakannya?" Apakah ini nyata?
"Aku sudah lama menunggu ini, tapi
bahkan tidak ada tanda-tanda sekalipun" aku bermimpi pasti.
"Apa kah ini nyata?" Aku berbalik
dan menatapnya. Matanya sangat indah, mata bulat besar yang dengan manisnya
membulat dihadapanku, mata ini yang selalu menatapku sinis setiap hari namun
mampu membuatku tenggelam dalam kelammya warna hitam matanya. Zet menangguk dan
mempererat pelukannya. Untuk sejenak aku merasa kalau ini hanya bayangan dari
asaku, tapi ini nyata.
"I love you my special girl"
"Love you too"
Flash back
"Sudah jangan menangis lagi"
Luhan mengelus-elus kepala Zet, dia sadar kalau perbuatannya ini sama saja dia
membahayakan dirinya sendiri. Tapi dia sengaja, Luhan melihat Kai yang
mengintip dari balik pintu ruang latihan wajah Kai sudah merah, kalau Kai mau
dia sudah menghajar Luhan habis-habisan tapi masa iya Kai berani, apalagi di
depan Zet.
"Sudah jangan menangis lagi"
Luhan mengelus pipi Zet yang penuh air mata.
Luhan melihat Kai pergi dengan tampang
panas, telinganya sudah merah begitu juga wajahnya merah padam. Zet adalah adik
trainee kesayangannya. Luhan sudah menganggap Zet seperti adiknya sendiri, Zet
memang aneh, dia dingin dan terlihat tegar di hadapan orang lain tapi kalau
dihadapan orang yang dia kenal dan akrab dia akan sangan friendly, dan mereka
akan tau kalau Zet itu manis dan rapuh, istilahnya menyamar untuk memproteksi
diri. Zet atau Nur Izzaty Hanieza, dia trainee baru saat kami sudah masuk dalam
masa persiapan, dan dia sama sepertiku, orang luar. Dia memang nationnya
Indonesia dan orang borneo tapi wajahnya sama sekali tidak seperti ras melayu
seperti pada umumnya, dia sangat manis apalagi dengan hidung bulat kecilnya
yang manis itu.
"Dia sama sekali tidak memberikan
tanda-tanda kalau dia juga menyukaiku" Zet sangat menyukai Kai sudah
sangat lama bahkan sebelum kami debut. Zet sering mampir ke dorm atau tempat
latihan, tapi aku bingung Kai tidak pernah menyadarinya.
"Memangnya selama ini bagaimana
sikapmu padanya?" "Dingin" jawab Zet datar.
Hedeh -_-" Luhan serasa menghadapi
anak kecil berumur 5 tahun, padahal dia sedang menghadapi anak berumur 15
tahun.
~Selesai~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar