Hai.. ini cerita ke sekianku, entah kenapa aku lebih suka bikin
cerita tentang anak SMA dibanding yang lain, mungkin karena aku masih SMA juga
kali ya?
Kali ini aku pengen bikin cerita yg ceweknya mirip aku banget
karakternya. Kok jadi curcol ya? Warning! Banyak TYPO nya XD
OK! check this out!
oh iya yang mau baca ceritaku yang lain, bisa mampir ke wattpadku MilkyHoney
Gadis
bertubuh tambun itu tengah duduk di taman belakang sekolah, memandang lurus ke
arah langit memandang gumpalan uap air yang membentuk awan dengan langit biru sebagai latarnya.
Memperhatikan
setiap pergerakannya, seakan-akan hal itu lebih menarik daripada pertandingan
futsal antar kelas yang sekarang sedang di adakan di lapangan futsal dekat
dengan taman tempat gadis bertubuh tambun itu duduk.
Mata
gadis itu menerawang, tatapannya kosong. Tak ada sesuatupun yang terlihat dapat mengusik keasikannya
memandangi langit dengan awan putih itu, bahkan teriakan para siswi yang
histeris dengan jalan acara
pertandingan futsal itupun tidak dapat mengusik ketenangannya, membuatnya
seakan menjadi transparan, tak terlihat oleh sekitarnya.
Seorang di antara para pemain futsal yang ada di sisi lapangan -sedang
istirahat- memandang lurus ke arah gadis bertubuh tambun dengan kaca mata yang
lumayan tebal namun berwajah manis itu sedang menatap langit seakan-akan
langitlah satu-satunya hal yang bisa dia lihat.
Ingin
rasanya dia menyentuh bahunya membuat gadis itu melihatnya, namun terasa sulit
bagaikan dia diminta memasukkan tangannya ke dalam mulut singa yang lapar.
Gadis
itu tidak pemarah dan tidak pula berbahaya, tidak. Tapi kenyataan kalau hal itu
sulit, untuk membuat gadis itu melihat ke arahnya itulah yang sangat sulit.
Entah kenapa, padahal gadis itu jauh dari segala hal tentang karakteristik
gadis idaman laki-laki manapun, namun segala kemisteriusan gadis itu membuatnya
bergetar dan berkeinginan untuk membuat gadis itu memusatkan dirinya sebagai
titik dunianya. Bisakah dia? Apakah ini hanya egonya saja, hanya keinginannya
memacu adrenalinnya dalam menaklukkan seseorang, benarkah itu?
Peluit
tanda istirahat berakhir, pria itu masih memandang gadis tambun yang kini
membuatnya sangat penasaran dengan sosok asli dari dalam gadis itu, matanya
selalu saja kosong bahkan hampir tak pernah menatap orang lain. Selalu membuang
tatapannya kearah titik yang lain.
"Woy..
pertandingan udah dimulai lagi, mau sampai kapan lo ngelamun di sana?"
Suara
protes dari teman satu timnya memaksa laki-laki itu untuk memutus perhatiannya
pada gadis yang tidak pernah mengubah posisinya sejak tiga puluh menit yang
lalu.
"Oh
iya" laki-laki itupun pergi kentengah lapangan melanjutkan pertandingan.
--I
Hate You? and You?--
Seluruh
murid sedang khidmat melaksanakan upaca bendera, suara burung bernyanyi
menambah rasa segar pagi hari yang cerah pagi itu. Hembusan lembut angin pagi
menerpa bendera merah putih yang kini berkibar gagah di atas tiang yang berdiri
kokoh di tengah-tengah lapangan.
Baju
seragam mereka yang putih-putih berkilau di terpa caha lembut matahri, suasana
yang romantis untuk mengatakan perasaan, suasana yang damai.
Gadis
tambun itu berada di barisan depan kelasnya barisan yang tidak begitu di sukai
para siswi karena panas, diterpa langsung cahaya matahari.
Seperti
biasa mata gadis tambun itu hanya memandang lurus ke arah lapangan upacara,
memandang lantai semen lapangan yang di cat hijau, sama sekali tidak ada
pergerakan dari matanya tetap sama seperti biasanya kosong. Bahkan kedipan
jarang terlihat di matanya. Tidak ada yang tertarik melihatnya, tapi tidak
untuk pria itu, pria yang memandangnya dari lapangan futsal.
Lagi-lagi
seperti itu. Batin laki-laki itu.
Upacara
bendera berjalan dengan lancar, hanya sedikit kesalahan yang tidak terlalu
fatal seperti lindah yang terselip saat membaca teks UUD 1945 selebihnya semua
lancar dan aman.
Semua
barisan murid itupun berhambur, berpencar mencari kelasnya masing-masing. Dan
gadis tambun itu masih berdiri dan melamun di tempatnya, bahkan
senggolan-senggolan dari orang lain tidak menyadarkan dirinya dari segala hal
gadis itu pikirkan.
"Hei
kau tidak kekelas mu?" tangan pria itu menyenggol bahu gadis tambun yang
masih saja tenggelam dalam dunianya.
Merasa
tidak di hiraukan pria itu memutar tubuhnya sehingga berada di depan gadis itu
berusaha menghalangi apapun itu yang sedari tadi menjadi objek khayalannya. Dan
hasilnya gadis itu meringis lalu menatap orang yang mengganggunya itu, lalu
didapatinya wajah oriental dengan hidung mancung dengan rahang tegas yang
menimbulkan aura dominan pada dirinya.
Tapi
seolah tidak melihat wajah yang menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca
itu, gadis tambun itu memutar tubuhnya dan melewati pria yang kini hanya
terdiam melihat perlakuannya. Membuat pria itu berdiri seperti orang bodoh di
tengah lapangan, di tinggalkan seorang gadis di tengah lapanga dengan statusnya
sebagai most wanted boy di sekolah.
Gadis
itu berjalan dengan santai menuju kelasnya seperti tidak tahu menahu akan
betapa sekarang harga diri pria itu turun jatu ke bumi. Geram pria itu berlari
mengejar langkah pendek gadis tambun itu, menyeretnya dengan kasar tanpa
memperdulikan ringisan dari gadis itu, memaksa gadis itu mengikuti langkah kaki
panjangnya dengan terseok-seok.
"Apa
yang kau lakukan?!" bentak sebuah suara menyentak jalinan tangan yang di
genggam kasar oleh pria itu, membuat keduanya terdiam.
"Dan
apa yang kau lakukan?!" tanya pria berwajah oriental.
"Aku
hanya ingin menjemputnya, karena kelas akan segera dimulai" jawab pria
yang tadi menyentak tangan keduanya dengan santai lalu meraih tangah gadis
tambun itu kemudian digengamnya lembut.
Pria
berwajah oriental itu
melihat tangan gadis itu di gandeng lembut membuatnya menggeram dan sekelebat
rasa cemburu memburunya, benarkah dia cemburu.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar