Jumat, 11 April 2014

Silent



Hai.. ini cerita ke sekianku, entah kenapa aku lebih suka bikin cerita tentang anak SMA dibanding yang lain, mungkin karena aku masih SMA juga kali ya?

Kali ini aku pengen bikin cerita yg ceweknya mirip aku banget karakternya. Kok jadi curcol ya? Warning! Banyak TYPO nya XD

OK! check this out!
oh iya yang mau baca ceritaku yang lain, bisa mampir ke wattpadku MilkyHoney

 
 


Gadis bertubuh tambun itu tengah duduk di taman belakang sekolah, memandang lurus ke arah langit memandang gumpalan uap air yang membentuk awan dengan langit biru sebagai latarnya.

Memperhatikan setiap pergerakannya, seakan-akan hal itu lebih menarik daripada pertandingan futsal antar kelas yang sekarang sedang di adakan di lapangan futsal dekat dengan taman tempat gadis bertubuh tambun itu duduk.

Mata gadis itu menerawang, tatapannya kosong. Tak ada sesuatupun yang terlihat dapat mengusik keasikannya memandangi langit dengan awan putih itu, bahkan teriakan para siswi yang histeris dengan jalan acara pertandingan futsal itupun tidak dapat mengusik ketenangannya, membuatnya seakan menjadi transparan, tak terlihat oleh sekitarnya.

Seorang di antara para pemain futsal yang ada di sisi lapangan -sedang istirahat- memandang lurus ke arah gadis bertubuh tambun dengan kaca mata yang lumayan tebal namun berwajah manis itu sedang menatap langit seakan-akan langitlah satu-satunya hal yang bisa dia lihat.

Ingin rasanya dia menyentuh bahunya membuat gadis itu melihatnya, namun terasa sulit bagaikan dia diminta memasukkan tangannya ke dalam mulut singa yang lapar.

Gadis itu tidak pemarah dan tidak pula berbahaya, tidak. Tapi kenyataan kalau hal itu sulit, untuk membuat gadis itu melihat ke arahnya itulah yang sangat sulit. Entah kenapa, padahal gadis itu jauh dari segala hal tentang karakteristik gadis idaman laki-laki manapun, namun segala kemisteriusan gadis itu membuatnya bergetar dan berkeinginan untuk membuat gadis itu memusatkan dirinya sebagai titik dunianya. Bisakah dia? Apakah ini hanya egonya saja, hanya keinginannya memacu adrenalinnya dalam menaklukkan seseorang, benarkah itu?

Peluit tanda istirahat berakhir, pria itu masih memandang gadis tambun yang kini membuatnya sangat penasaran dengan sosok asli dari dalam gadis itu, matanya selalu saja kosong bahkan hampir tak pernah menatap orang lain. Selalu membuang tatapannya kearah titik yang lain.

"Woy.. pertandingan udah dimulai lagi, mau sampai kapan lo ngelamun di sana?"

Suara protes dari teman satu timnya memaksa laki-laki itu untuk memutus perhatiannya pada gadis yang tidak pernah mengubah posisinya sejak tiga puluh menit yang lalu.

"Oh iya" laki-laki itupun pergi kentengah lapangan melanjutkan pertandingan.

--I Hate You? and You?--

Seluruh murid sedang khidmat melaksanakan upaca bendera, suara burung bernyanyi menambah rasa segar pagi hari yang cerah pagi itu. Hembusan lembut angin pagi menerpa bendera merah putih yang kini berkibar gagah di atas tiang yang berdiri kokoh di tengah-tengah lapangan.

Baju seragam mereka yang putih-putih berkilau di terpa caha lembut matahri, suasana yang romantis untuk mengatakan perasaan, suasana yang damai.

Gadis tambun itu berada di barisan depan kelasnya barisan yang tidak begitu di sukai para siswi karena panas, diterpa langsung cahaya matahari.
Seperti biasa mata gadis tambun itu hanya memandang lurus ke arah lapangan upacara, memandang lantai semen lapangan yang di cat hijau, sama sekali tidak ada pergerakan dari matanya tetap sama seperti biasanya kosong. Bahkan kedipan jarang terlihat di matanya. Tidak ada yang tertarik melihatnya, tapi tidak untuk pria itu, pria yang memandangnya dari lapangan futsal.

Lagi-lagi seperti itu. Batin laki-laki itu.

Upacara bendera berjalan dengan lancar, hanya sedikit kesalahan yang tidak terlalu fatal seperti lindah yang terselip saat membaca teks UUD 1945 selebihnya semua lancar dan aman.

Semua barisan murid itupun berhambur, berpencar mencari kelasnya masing-masing. Dan gadis tambun itu masih berdiri dan melamun di tempatnya, bahkan senggolan-senggolan dari orang lain tidak menyadarkan dirinya dari segala hal gadis itu pikirkan.

"Hei kau tidak kekelas mu?" tangan pria itu menyenggol bahu gadis tambun yang masih saja tenggelam dalam dunianya.

Merasa tidak di hiraukan pria itu memutar tubuhnya sehingga berada di depan gadis itu berusaha menghalangi apapun itu yang sedari tadi menjadi objek khayalannya. Dan hasilnya gadis itu meringis lalu menatap orang yang mengganggunya itu, lalu didapatinya wajah oriental dengan hidung mancung dengan rahang tegas yang menimbulkan aura dominan pada dirinya.

Tapi seolah tidak melihat wajah yang menatapnya dengan pandangan yang tidak terbaca itu, gadis tambun itu memutar tubuhnya dan melewati pria yang kini hanya terdiam melihat perlakuannya. Membuat pria itu berdiri seperti orang bodoh di tengah lapangan, di tinggalkan seorang gadis di tengah lapanga dengan statusnya sebagai most wanted boy di sekolah.

Gadis itu berjalan dengan santai menuju kelasnya seperti tidak tahu menahu akan betapa sekarang harga diri pria itu turun jatu ke bumi. Geram pria itu berlari mengejar langkah pendek gadis tambun itu, menyeretnya dengan kasar tanpa memperdulikan ringisan dari gadis itu, memaksa gadis itu mengikuti langkah kaki panjangnya dengan terseok-seok.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak sebuah suara menyentak jalinan tangan yang di genggam kasar oleh pria itu, membuat keduanya terdiam.

"Dan apa yang kau lakukan?!" tanya pria berwajah oriental.

"Aku hanya ingin menjemputnya, karena kelas akan segera dimulai" jawab pria yang tadi menyentak tangan keduanya dengan santai lalu meraih tangah gadis tambun itu kemudian digengamnya lembut.

Pria berwajah oriental itu melihat tangan gadis itu di gandeng lembut membuatnya menggeram dan sekelebat rasa cemburu memburunya, benarkah dia cemburu.


TBC...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar